Thursday, October 30, 2008

Jamu dan Obat Tradisional Warisan Nenek Moyang

Sejak ratusan tahun lalu, nenek moyang bangsa Indonesia terkenal pandai meracik jamu dan obat-obatan tradisional. Ramuan-ramuan tersebut digunakan untuk menjaga kondisi badan agar tetap sehat, mencegah penyakit, dan sebagian untuk kosmetik, kata Presiden SBY saat membuka Munas V Gabungan Pengusaha Jamu dan Obat Tradisional Indonesia di Istana Negara, Kamis (12/4) siang.

Jakarta: Sejak ratusan tahun lalu, nenek moyang bangsa Indonesia terkenal pandai meracik jamu dan obat-obatan tradisional. Beragam tumbuh-tumbuhan tradisional, akar-akaran, dan bahan alami yang lainnya diracik sebagai ramuan untuk menyembuhkan berbagai macam penyakit. “Ramuan-ramuan tersebut digunakan untuk menjaga kondisi badan agar tetap sehat, mencegah penyakit dan sebagian untuk mempercantik diri,” kata Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dalam pidato sambutannya saat membuka Musyawarah Nasional V Gabungan Pengusaha Jamu dan Obat Tradisional Indonesia di Istana Negara, Kamis (12/4) siang.

“Kemahiran meracik bahan-bahan itu diwariskan nenek moyang kita secara turun-temurun dari satu generasi ke generasi berikutnya hingga jaman kita sekarang ini. Jamu dan obat-obatan tradisional telah menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan masyarakat Indonesia,” tegas Presiden dihadapan lebih kurang 300 undangan.

Menurut Presiden SBY, Indonesia menjadi salah satu pusat tanaman obat di dunia. Ribuan jenih tanaman tropis tumbuh subur di seluruh pelosok negeri. “Memang belum semua jenis tanaman yang tumbuh di Indonesia kita ketahui manfaat dan khasiatnya. Kita hanya berkeyakitan bahwa Tuhan Yang Maha Kuasa menciptakan semua jenis tumbuhan itu dengan tujuan yang baik. Suatu saat kita dapat mengetahui manfaat dan kegunaannya. Oleh karena itu, kita perlu melakukan konservasi sumber daya alam, agar jangan ada jenis tanaman yang punah,” pesan Presiden SBY.

“Akhir-akhir ini berkembang berbagai jamu dan obat tradisional yang diproduksi secara bebas dan tidak bertanggungjawab. Beredarnya jamu dan obat-obatan yang tidak terdaftar di Badan Pengawasan Obat dan Makanan akan merugikan konsumen. Bukan hanya merugikan, namun membahayakan rakyat kita,” tegas Presiden. “Disamping itu secara ekonomi, beredarnya obat-obatan itu justru akan merusak citra obat tradisional kita. Citra yang rusak, akhirnya akan memukul produksi dan pemasaran obat-obatan itu didalam maupun di luar negeri,” lanjutnya.

Oleh karena itu, Presiden SBY menganggap peran serta Badan Pengawas Obat dan Makanan sangat penting untuk mencegah beredarnya obat-obatan yang tidak memenuhi standar kesehatan. “Pemerintah terus berusaha melakukan pengawasan demi meningkatkan kemanan, mutu, dan manfaat obat tradisional. Hal itu kita lakukan agar masyarakat terlindung dari obat tradisional yang dapat menimbulkan efek yang tidak diinginkan,” jelas Presiden.

Kepada para pengusaha jamu Presiden menghimbau agar obat tradisional terus menerus dilakukan penelitian dan pengembangan. “Melalui pengembangan dan penelitian yang cermat dan teliti, jamu dan obat tradisional dapat diarahkan untuk menjadi obat yang dapat diterima dalam pelayanan kesehatan formal. Memang harus kita akui, bahwa para dokter dan apoteker hingga saat ini belum dapat menerima jamu sebagai obat yang dapat mereka rekomendasikan kepada para pasiennya. Akibatnya tentu, pemasaran produk jamu tidak dapat menggunakan tenaga detail seperti pada obat modern,” ujar Presiden.

“Namun kita patut bersyukur bahwa akhir-akhir ini tampak adanya tren hidup baru, tren hidup sehat pada masyarakat untuk menggunakan produk yang berasal dari alam. Oleh karena itu jamu dan obat tradisional perlu didorong untuk menjadi salah satu pilihan pengobatan di negeri ini. Jamu dan obat tradisional harus didorong pula untuk menjadi komoditas unggulan yang menjadi sumbangan positif bagi peningkatan pertumbuhan ekonomi masyarakat. Kegiatan ini juga menjadi peluang kesempatan kerja dan mengurangi kemiskinan,” seru Presiden.

Usai acara, Presiden dan Ibu Ani menyempatkan minum jamu yang diracik oleh beberapa penjual jamu gendongan. Presidenpun mengomentari rasa jamu yang enak dan segar. Hadir dalam acara tersebut, antara lain, Menteri Negara Riset dan Teknologi/Kepala BPPT Kusmayanto Kadiman, Menteri Perdagangan Mari E. Pangestu, Ketua Kadin M.S. Hidayat, Ketua Umum Gabungan Pengusaha Jamu Charles Saerang, Ketua Badan POM Husniah R. Thamrin, serta para pengusaha yang bergerak di bidang jamu dan obat tradisional.
indonesia

No comments:

Post a Comment